Jumat, 08 November 2019

Kill This Love - Sejumput Kisah Tentang Patah Hati

05 April 2019
"Puyeng. Udah masing-masing aja."

Dengan segera ku baca sebuah DM yang masuk ke akun Instagramku. Baru saja ku ingin membalasnya, tiba-tiba akun sang pengirim sudah tidak terlihat lagi. Ya, instagramku telah diblokir. Tak gentar, masih ku cari dia di Facebook, tapi hal yang sama dilakukannya, lengkap sudah, aku diblokir dari semua akses komunikasi dengannya.

Aku menangis tersedu. Lagu Kill This Love dari Blackpink mengiang-ngiang di pikiranku. Aku suka lagu ini sejak beberapa jam lalu dirilis, lalu kemudiannya, aku sadar, lagu ini menceritakan kisah percintaanku; berakhir dan harus dibunuh.

Padahal, menurutku, aku tidak melakukan kesalahan apapun. Pertemuan terakhir kami masih baik; bisa bermain badminton berdua. Tidak ada pertengkaran hebat. Yang aku tau beberapa waktu sebelumnya, kami jarang komunikasi karena dia sibuk mengurus partai untuk pemilu. Dia juga mengatakan padaku, jangan berpikiran negatif terhadapnya. Tapi apa buktinya? Semua akunku tiba-tiba diblokir tanpa alasan yang jelas!

Aku kacau dan betul-betul resah. Aku minta bantuan kepada semua teman-teman terdekatku untuk menghubunginya. Masa bodoh, dia merasa terganggu atau tidak. Mengakhiri sesuatu, juga harus baik-baik ya, kan? Tidak begini ya, kan?

Malamnya, seorang sahabat berhasil membuat ia berbicara. Mungkin ia geram juga, karena terus diganggu olehku melalui teman-temanku. Caraku mempertahankan atau meminta alasan yang jelas jika memang harus berakhir, justru dianggap "chat aneh-aneh" olehnya. MasyaAllah, dia betul-betul menjadi orang yang tidak ku kenal. Ditunjukkan semua sifatnya pada hari itu.

Pada seorang sahabatku ia berujar, bahwa ia tidak hanya menjalani hubungan denganku. Ia menjalin hubungan juga dengan tiga perempuan lainnya dan ia juga mengatakan akan menikah. Rasanya hatiku hancur saat itu. Sahabatku dengan mudah berkata "kamu udah dijahatin, lupain aja dia". Tapi semakin ku dengar nasihat-nasihat itu, dadaku semakin sesak. Aku sungguh-sungguh menyayanginya, mana mungkin semudah itu melupakannya?

***

Beberapa hari setelahnya, setelah negosiasi panjang, ia memutuskan untuk membuka blokir komunikasi denganku, hanya melalui WhatsApp. Sebab aku masih saja keras dengan pendapatku, untuk tetap menjalin silaturahmi dengannya. Menelan semua kepahitan melihat update status darinya. Keputusan yang setelahnya masih sering kusesali. Untuk apa masih menjaga hubungan baik dengan orang yang sudah mematahkan impian-impianku?

Ya, aku bermimpi suatu saat bisa bersanding dengannya. Aku berharap bisa bersama dan mendampinginya dari nol, bisa menua dan tak akan pernah meninggalkannya. Sehingga ia sadar betapa selama ini aku tulus menyayanginya tanpa syarat.

Tapi naasnya beberapa pekan kemudian, aku dapati dia mengenakan cincin sepasang dengan kekasih yang ia pilih, yang belakangan ku ketahui bahwa hari itu ia bertunangan. Jangan tanya bagaimana perasaanku padaku hari itu. Aku yang pada hari itu menuju bimbel, menangis tersedu-sedu. Tidak ada yang bisa menghentikan tangisku kala itu. Tidak sahabatku, tidak pula pengurus bimbel. Aku hancur. Dan ku rasa bumi dan seisinya sampai dapat merasakan betapa hancurnya aku.

Butuh beberapa bulan untuk bisa bangkit. Butuh beberapa bulan untuk bisa melupakan betapa sakitnya pengkhianatan yang ia lakukan. Butuh beberapa bulan untuk membuatku sadar, bahwa inilah yang terbaik. Inilah jalan terbaik yang Allah pilihkan untukku.

---

Kini, aku bahagia dipertemukan dengan yang selalu bisa menerimaku apa adanya. Tidak memandangku dari rupa atau apa yang ku punya. Sebab aku tak indah, jua tak punya apa-apa. Tak ada yang baik dariku. Tapi Allah kirimkan yang serba baik untukku, untuk menyembuhkan lukaku, menyadarkanku bahwa kasih sayang dan rahmat Allah padaku, amat dekat.

Dan orang tersebut adalah keluargaku dan sahabat-sahabatku. Mereka tetap tinggal walau aku tak sempurna, walau aku banyak celah. Mereka setia disini menyadarkan aku bahwa hidupku sempurna dan apa yang aku dapati saat ini sudah cukup. Sungguh amat cukup.

Yaa Rabb, izinkan aku berumur panjang untuk bisa membalas jasa mereka semua. ❤

Minggu, 23 Juni 2019

#BelleaTurns21


Alhamdulillah, another one year has passed and Allah still let me alive.

Di umur yang sudah kepala dua ditambah satu ini, Bella utamanya ingin bersyukur banget sama Allah SWT. Karena banyak pengalaman hidup yang sudah Bella rasakan, yang sebelumnya belum pernah jadi pernah. Dan Alhamdulillah rasanya luar biasa bisa melaluinya!
Jazakumullah khayran katsiira, banyak banget yang sudah ngucapin doa yang baik-baik (terharu).

Ucapan paling fenomenal:
“semoga dapat yang terbaik”, “semoga yang disemogakan tersemogakan”, “semoga yang seharusnya disegerakan tersegerakan” // kalau doa macam dua terakhir ini skripsi sama nikah aja deh yang ada di pikiran Bella. (Kalian juga mikir gitu, kan?)

Tapi serius terima kasih banyak yang sudah doakan Bella cepat skripsian. Bella juga pengin cepat, tapi Bella tetap akan menikmati prosesnya. InsyaAllah Bella akan melaluinya dengan kebesaran hati. Karena Bella tau Allah sudah mempersiapkan Bella untuk lulus. Bukan lulus dengan cepat, tetapi lulus di waktu yang tepat. Dan Bella insyaAllah akan terus ikhtiar untuk itu, hehehe.

Yang doakan Bella cepat nikah juga Bella aamiin-kan. Tapi jujur yaa, target menikah Bella di umur 23-25 tahun. InsyaAllah kalau masih ada umur dan sudah bertemu jodoh. Karena nggak mau nikah terlalu cepat, maunya nikah di waktu yang tepat. Ya, tapi kembali lagi cuma Allah yang tahu dan Allah yang persiapkan untuk itu. Maka Bella insyaAllah akan terus ikhtiar untuk itu, hehehe.

Bella punya target di umur 21 ini, ingin:
  • -          Membuat novel dengan half true story.
  • -          Membuat usaha sendiri di bidang makanan-minuman, atau rumah belajar.
  • -          Hafal Al-Qur’an 5 juz.

Bella taruh harapan-harapan ini disini, untuk itu kepada semua yang membaca ini, Bella minta kesediaan untuk meng-aamiin-kan.

Jazakumullah khayran katsiira. ❤