Minggu, 25 Agustus 2013

Kakak gue :p

Kakak gue nih :) namanya Sonya Pandarmawan :p

Miss Shoppaholic and Florist (Fan Fiction)



Title: Story of Miss Shoppaholic and Florist

Author: Bella Pratiwi

Genre: apa adanya

Cast:

- Marina Febriana L T as Marina (Ina)

- Oka Pangestu Adi as Oka - Others
Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Bila ada kesamaan alur, tokoh, dan tempat itu merupakan ketidaksengajaan.

HAPPY READING! ^^
[Author's POV]
Marina adalah seorang gadis anak pengusaha kaya raya yang suka sekali berbelanja. Teman-temannya menyebutnya sebagai Miss Shoppaholic. Setiap bulan sedikitnya dua kali ia mengunjungi mall, hanya untuk mendapatkan barang-barang baru dengan diskon yang fantastis.
Kali ini ia diantar temannya ke sebuah mall ternama di Bogor. Memang jaraknya cukup jauh dari rumah, alasannya ingin membandingkan harga dan kualitas barang yang ada di Bogor dan di tempat tinggalnya, Tangerang. Bisa dibilang ia merasa puas, karena perkiraannya sesuai. Harga barang yang ia beli cukup terjangkau dan saking semangatnya berbelanja ia lupa bahwa temannya sedang menunggu di rumah sanak saudara yang kebetulan dekat dengan mall itu.
Karena hari sudah sore, ia menyudahi acara berbelanjanya dan segera pergi. Ia mempercepat langkahnya ke rumah saudara temannya itu. Namun celakanya ia tersandung batu karena highheelsnya tersebut. Ia menghentikan langkahnya di depan toko bunga yang terlihat sedang ramai itu. Pelan-pelan ia mengurut kakinya yang keseleo dengan tangannya.

[Marina's POV]
“Astaga kenapa pakai acara tersandung segala sih..” Aku terus mengurut kakiku yang sakit.
“Ya ampun! Hari sudah mulai gelap, dan aku harus segera ke rumah saudaranya Witri itu. Semoga saja dia tidak meninggalkanku. Ini kan Bogor. Tau apa aku soal kota ini? Sudah cukup istirahatnya, baiklah akan kubawa lagi barang-barang ini.”
Akupun mengangkat kembali barang-barang belanjaanku ini dan terus berjalan. Jalannya tidak terlalu jauh, tapi terlalu berat untukku karena membawa semua ini. Sesampainya disana aku mencari Witri. Namun sialnya, Witri meninggalkan aku. Jahat sekali. Sepupu Witri menyuruhku bermalam dirumahnya dan besoknya baru ia akan mengantarku pulang.
Tapi bagaimana dengan ayah, ia pasti akan mengkhawatirkanku. Aku memutuskan untuk menghubungi ayah. Kurogoh saku celanaku tapi ternyata handphone ku tidak ada. Aku baru ingat kalau aku menaruhnya di tas. Ku cari-cari tasku ternyata tidak ada juga. Sepertinya aku meninggalkannya di suatu tempat. Yap! Toko bunga itu. Akupun izin meninggalkan rumah saudara Witri dan bergegas ke toko bunga. Semoga saja masih ada.

[Oka's POV]
Hari ini cukup melelahkan bagiku. Toko ku ramai pelanggan dan hampir tak ada waktu istirahat. Hari ini aku memutuskan tutup toko lebih awal. Aku dan adikku butuh istirahat yang cukup. Ketika kami sedang merapihkan toko, adikku menemukan sebuah tas dan memberikannya kepadaku.
Kelihatannya ini tas wanita, mungkin milik pelanggan. Karena penasaran dengan isinya, ku buka tas berwarna merah ini. Di dalamnya ada sebuah smartphone, kosmetik wanita, dan dompet yang isinya cukup menakjubkan. Terdapat KTP juga didalamnya. Sekarang aku tau, tas ini milik seorang gadis, yang bernama Marina. Haruskah ku kembalikan? Atau membiarkan gadis itu yang mencarinya? Sebaiknya ku simpan saja dan lanjut merapihkan toko ini.
Semua sudah bersih dan rapih, saatnya pulang. Hari ini adikku memilih menaiki taxi daripada dibonceng olehku. Mungkin ia tidak ingin kedinginan. Aku turuti saja kemauannya. Perlahan ku tutup pintu toko ini. Dari kejauhan ku lihat seorang gadis berlari ke arahku. Sepertinya wajahnya tidak asing bagiku.
“Heuhh.. heuhh emmhh hamh hamh.. Apakah.. hemm.. kau melihat.. huft.. tas milikku?” tanya seorang gadis yang sedang ‘ngos-ngosan’ ini kepadaku.
“Tas? Tas apa?” tanyaku jail.
Ku fikir dia lah pemilik tas yang tertinggal tadi. Wajahnya ternyata lebih manis daripada di foto KTPnya. Dia memasang wajah ‘melas’ dan aku jadi tidak tega.
“Ini tas milikmu?” tanyaku sambil menunjukkan tas merah yang tadi ku temukan.
Ia hanya mengangguk. Sepertinya gadis ini sudah terlalu lelah untuk bicara. Ku berikan tas itu padanya. Ia langsung memeriksa isinya. Curigaan sekali. Tiba-tiba raut mukanya berubah.
“Dimana KTP ku?” tanyanya kesal. Aku tersenyum. Ia semakin kesal.
“Bolehkah ku bawa pulang?” ujarku ‘ceplas-ceplos’. Jujur aku suka melihat wajah kesalnya.
“Apa maksudmu?”
 “Aku ingin selalu melihat wajah manismu.”
“Aww” teriakku spontan. Tiba-tiba gadis itu mencubit tanganku.
“Kau.. Marina Febriana L T. Aegyo face tapi agak galak sepertinya. Nasib baik kau lebih muda satu tahun dariku.” ujarku sambil mengembalikan KTP miliknya.
“Apa maksudmu? Dasar kau tukang bunga jahil!” ujarnya sambil berlalu.

[Author's POV]
Marina berdiri di pinggir jalan. Ia seperti sedang menunggu taxi. Hari semakin gelap, tapi belum ada satupun taxi lewat. Tiba-tiba sebuah motor berhenti didepannya. Tidak lain tidak bukan, pengendaranya adalah Oka. Marina segera mengalihkan pandangannya.
“Hey nona Marina, hari sudah semakin gelap. Tidakkah gadis sepertimu merasa takut dijalan sendirian? Rumahmu di Tangerang kan? Ayo ikut denganku, aku akan mengantarmu pulang.” tawar Oka pada Marina.
“Bagaimana aku bisa mempercayaimu?” jawab Marina dengan wajah penuh curiga.
“Aku ini lelaki baik-baik, kau saja belum mengenalku” jawab Oka meyakinkan.
“Ingat, hari sudah gelap~” lanjutnya.
“Ahh baiklah! aku ikut denganmu.” jawab Marina pasrah.
Marina pun menaiki motor milik Oka. Oka yang kebetulan tinggal di daerah Tangerang itu dengan senang hati mengantar Marina pulang. Jauhnya jarak Bogor-Tangerang membuat Oka mempercepat motornya agar tak sampai pulang terlalu larut. Marina terlihat kedinginan dan Oka pun menyadarinya. *duhdramabangetya?-_-*
“Kau kedinginan?” tanya Oka.
“Apa kau akan meminjamkan jaketmu itu padaku? Drama sekali.” ujar Marina sambil mengepal kedua tangannya yang membeku(?) itu.
“Haha kau terlalu banyak menonton sinetron ya? Kalau kupinjamkan jaketku, aku pakai apa? Nantinya aku yang sakit. Begitu kan?” canda Oka pada Marina.
“Aihh!” jawab Marina sambil memukul pundak Oka.
“Haha. Nona manis, bisakah kau turun sebentar?” pinta Oka seraya menghentikan motor dan meminggirkannya.
“Kau akan menurunkanku disini?” tanya Marina ketika turun dari motor itu.
“Kau fikir aku setega itu?” ujar Oka sambil membuka jok motornya.
“Ini pakailah.” lanjutnya, sambil memberikan sebuah jaket pada Marina.
“Kau menyimpan jaket wanita di jokmu?” tanya Marina asal, sambil mengenakan jaket tersebut.
“Adikku yang menyimpannya. Nasib baik ia tetap menaruhnya di jok. Bukankah itu takdir?” jelas Oka. Marina hanya diam.
“Ayo naik kembali!” perintah Oka.
Oka mengemudikan motornya dengan cepat agar mereka cepat sampai. Karena takut jatuh, Marina pun memeluk pinggang Oka. Saking nyamannya ia sampai tertidur. Menyadari Marina tertidur, Oka pun memperlambat laju motornya. Sekitar jam sembilan malam mereka sampai di depan komplek rumah Marina. Oka membangunkan Marina dengan menggerakkan tubuhnya, dan Marina pun terbangun.
“Darimana kau tau rumahku?” tanya Marina dengan suara khas orang bangun tidur.
“Aku melihat KTP mu.” jawab Oka datar.
“Ohh.” balas Marina.
“Baiklah, tunjukkan aku dimana rumahmu?” pinta Oka.
“Tidak usah repot-repot aku...”
“Hachiiemm” bersin Oka memotong pembicaraan Marina.
“Kau juga sepertinya sedang tidak enak badan. Terima kasih sudah mengantarku.” lanjut Marina sambil membawa barang belanjaannya dan langsung berlalu. Oka pun segera kembali kerumahnya.

- Two Days Later -

[Marina's POV]
“Sudah siap!”
Pagi ini aku akan pergi ke Bogor lagi. Tak sabar rasanya, ingin mengunjungi toko bunga itu. Tujuanku hari ini hanya untuk mengembalikan jaket milik adik dari tukang bunga itu dan membeli bunga-bunganya sebagai ucapan terima kasihku. Seharian kemarin aku terus memikirkan lelaki itu. Bagaimana tidak, ia telah banyak menolongku tapi aku bahkan tidak tau namanya. Aku sadar waktu itu aku memang terlalu jutek padanya. Bahkan terlalu tidak peduli untuk sekedar menanyakan namanya. Mungkin karena seharian ditimpa masalah aku jadi sensitif, ditambah dengan sikap jailnya itu.
Hari ini aku membawa mobilku sendiri untuk mencegah hal buruk terjadi lagi padaku. Ku kemudikan mobilku santai menuju Bogor. Sesampainya disana betapa terkejutnya aku mendapati tokonya tutup. Bagaimana kalau ia tidak berjualan disini lagi? Ya Tuhan. Kemana aku harus mencarinya? Semoga saja kegelisahanku ini tidak benar.
“Permisi, ini siapa ya?” tanya seorang gadis padaku.
“Emm namaku Marina, aku ingin membeli bunga.”
“Ohh, kau kakak yang bernama Marina? Toko ini sementara tutup, kak. Sudah dua hari ini kakakku Oka demam tinggi dan aku harus menjaganya.” jelas gadis tadi.
“Kau adik dari Oka, tukang bunga di toko ini?” tanyaku.
“Iya kak. Toko ini milik keluarga kami.” jawabnya.
“Bisa kau antar aku menemuinya?” pintaku padanya. Ia mengangguk.
Aku pun membawanya ke mobilku. Kalau dari wajahnya, sepertinya usianya tidak beda jauh denganku. Tapi dia memanggilku dengan sebutan 'kakak', sedikit risih tapi ya sudahlah niatnya memang menghormatiku. Di sepanjang jalan ia bercerita cukup banyak tentang Oka, dan aku pun antusias mendengarkannya.
“Kak Marina tau tidak, semenjak kak Oka bertemu denganmu ia jadi sering curhat padaku.” ucap gadis itu sambil tersenyum meledekku. Aku yang sedang menyetir jadi ikut tersenyum.
“Sepertinya dia menyukaimu kak. Eh iya, sedari dulu ia belum pernah pacaran loh. Cie cie.” lanjutnya sambil terus meledekku.
“Ahhaha, yang benar saja?” tanyaku tak percaya.
“Serius. Oh iya kak. Aku ingin bertanya padamu. Kau menyukainya atau tidak?” tanyanya padaku.
“Hemm.. Jujur aku tak tau, apa mungkin aku jatuh cinta padanya. Kami baru sekali bertemu.” jawabku apa adanya.
“Tidak akan merasa kehilangan kalau ia pergi?” tanyanya mencurigakan. Membuatku tidak mengerti.
“Apa maksudmu?” aku balik bertanya.
“Ahh tidak. Kak belok kiri lalu lurus, itu rumah kami.” jawabnya mengalihkan pembicaraan. Aku hanya mengangguk.
Sesampainya dirumah Oka.
“Masuk kak.” ajak gadis itu sambil membukakan pintu. Aku masuk dan duduk di ruang tamu. Sementara ia memanggil kakaknya yang sepertinya sedang di kamar.

[Oka's POV]
Aku seperti mendengar suara mobil berhenti di depan rumahku, dan aku mendengar suara gadis. Mungkin adikku. Tapi ia kan tidak punya mobil? Ahh pasti bersama temannya. Ehh tunggu dulu, sepertinya aku mendengar suara selain adikku. Aku pernah mendengarnya. Sepertinya ia... Yap! Marina! Tapi apa mungkin Marina ke rumah ku?
“Kak.. Kak Oka..”
Aku mendengar suara adikku memanggilku. Aku pun segera berpura-pura tidur. Perlahan ia membuka pintu kamar dan melirikku. Sesaat kemudian, ia menutup pintunya kembali dan pergi. Mudah sekali ia tertipu!
Tak lama berselang pintu terbuka lagi, aku segera menutup mataku. Tercium wangi asing di hidungku. Aku yakin ini pasti Marina. Wangi itu semakin mendekat. Tapi aku enggan membuka mataku, aku bisa mengandalkan panca indera ku yang lain.
Aku mendengar suara kursi yang di geser. Aku mencium wangi yang sangat dekat. Aku mengintip sedikit, ternyata benar dugaanku. Marina duduk disamping kasurku. Sepertinya ia akan menjagaku. Betapa senangnya diriku!

[Author's POV]
Dua jam berlalu. Marina yang berniat menjaga Oka ternyata tertidur. Sama halnya dengan Oka. Bedanya, Oka lebih dulu terbangun dan menyadari Marina masih tertidur. Oka mengelus kepala Marina yang berada di dekat bantalnya.
“Kau tau, kau itu sangat cantik dan berbeda dari yang lainnya..” bisik Oka di telinga Marina.
Tangan Oka kembali mengelus kepala dan Marina, sesaat kemudian ia mendekatkan bibirnya ke dahi Marina dan menciumnya. Marina akhirnya terbangun dan terduduk.
“Kenapa kau menciumku?” tanya Marina tiba-tiba.
“Aku hanya mengecup dahimu,” jawab Oka polos.
“Itu sama saja!” ujar Marina.
“Kau marah?”
“Tidak.”
“Baiklah, kau mau aku antar pulang?” tawar Oka. Marina menggeleng.
“Kau istirahat saja yang cukup. Aku sangat berterimakasih padamu tuan Oka.”
“Untuk apa?” tanya Oka sambil mengerutkan dahinya.
“Segalanya.”
“Biarkan aku mengantarmu pulang.” tawar Oka kembali.
“Aku membawa mobil sendiri, lagipula ini kan Tangerang, bukan Bogor.” jawab Marina sambil beranjak dari tempat duduknya. Dengan segera Oka menarik tangan Marina.
“Tapi berjanjilah  besok kau akan meluangkan waktumu untukku. Aku ingin menikmati waktu berkualitasku bersamamu.” pinta Oka dengan wajah sedikit memohon.
“Baiklah.” jawab Marina sambil berlalu.

- Keesokan Harinya -

[Marina's POV]
Hari ini aku bangun lebih pagi dan langsung mandi. Sekarang aku terduduk menatap wajahku di depan cermin. Ku rapihkan rambutku yang sedikit kusut, sambil memikirkan perkataan Oka kemarin.
“Waktu berkualitas. Apa maksudnya? Aku takut ia terkena... Ahh tidak tidak!”
Fikiran negatif terus berputar di otakku, tapi aku terus menghempasnya. Aku adalah gadis yang positif. Lagipula ini kan dunia nyata, bukan cerita sinetron. Sepertinya benar kata Oka, aku terlalu banyak menonton sinetron. Padahal aku lebih suka menonton drama Korea, haha.
‘Tiin.. Tiin..’
Suara klakson mobil terdengar di halaman rumahku. Sepertinya itu Oka. Aku beranjak keluar rumah dan melihatnya. Benar saja, itu adalah Oka dan mobilnya. Kenapa ia membawa mobil? Padahalkan lebih romantis naik motor.
Ia membukakan pintu mobil dan mempersilakanku masuk. Di dalam mobil suasana sempat hening sampai ia yang memulai pembicaraan.
“Apa kau punya referensi tempat yang indah untuk kita menghabiskan waktu hari ini?” tanyanya sambil menyetir.
“Emm bagaimana kalau taman lawang?” jawabku asal.
“Hah?” tanyanya terkejut.
“Haha aku hanya bercanda, kak.” ujarku sambil menertawai ekspresinya.
“Kau memanggilku kak?”
“Iya, katamu kau lebih tua setahun dariku.” jawabku santai.
“Kufikir kau tak akan mengingatnya.”
“Baiklah kita ke suatu tempat saja.” lanjutnya.
Aku turuti saja kemauannya, dibawa ke tempat pembuangan sampah pun aku mau bila bersamanya.
“Ehh? Kenapa aku jadi begini Apa mungkin aku jatuh cinta padanya?” tanyaku pada diri sendiri. Lagi-lagi ku tepiskan semuanya dan menikmati saat-saat ini.
Ia berhenti dan masuk ke sebuah swalayan, tapi menyuruhku untuk tetap di dalam mobil. Lagi-lagi kuturuti kemauannya. Padahal sejujurnya aku paling heboh kalau melihat tempat perbelanjaan seperti ini. Aku kan Miss Shoppaholic.
Tapi, sekarang aku lebih suka menuruti apa yang dikatakannya daripada menuruti hobiku. Itu membuatku lebih nyaman. Sekarang aku tersadar.. Aku memang menyukainya. Tidak, bahkan lebih dari suka. Aku mencintainya.
‘Klek’
Ia membuka pintu mobil dan menyadarkan aku dari lamunanku. Aku tersenyum padanya, iapun membalasnya. Mata kami saling menatap untuk beberapa saat sampai kemudian ia memberiku coklat dan eskrim, hualaa! Dengan cepat aku melahap keduanya~

[Oka's POV]
Aku masih bersama seorang gadis yang kucintai disampingku. Setelah menghabiskan coklat dan eskrim yang ku beli ia malah tertidur. Padahal tadi aku berniat mengajaknya ke mall dulu, berhubung ia tidur langsung saja aku bawa dia ke tempat yang sudah ku booking sebelumnya. Semua sudah ku persiapkan untuk menghabiskan waktu berkualitasku ini dan menyisakan kenangan yang indah untuknya.
“Sudah sampai!!” ujarku padanya, tapi ia masih tertidur. Muncul ide iseng di otakku, menggelitikinya!
“Aaahhhaha berhenti kak, aku tidak suka!!” ujarnya sambil keluar dari mobil.
“Kau iseng sekali” ujarnya sambil manyun.
“Kau cantik kalau seperti itu, haha” candaku.
“Ishh!”
            “Ayo ikut aku?” ajakku sambil memegang tangannya.
Aku mengajaknya ke taman sederhana milik pribadi seseorang yang sudah aku pesan sebelumnya. Aku tak yakin ia menyukai suasana seperti ini, tapi aku yakin bila ia memiliki rasa padaku ia pasti tak akan mempersalahkannya.
Di taman ini aku menghabiskan waktu dengannya mulai dari melukis, kami saling melukis diri kami sendiri. Kemudian ia bernyanyi, dan aku memainkan gitar untuknya. Dan terakhir kami berfoto, entah mungkin aku tak akan lagi bisa merasakan saat-saat seperti ini.
Hari beranjak sore, aku pun mengajaknya pergi ke tempat terakhir untuk hari ini. Ku kemudikan mobil ini menuju sebuah Cafe ternama di Bandung, Bober Cafe. Aku sudah merencanakan ini sebelumnya. Hari ini aku harus menyatakannya..
“Silahkan nona manis..” ujarku sambil membukakan mobil untuknya.
“Wahhh” ucapnya kagum, sambil memperhatikan dekorasi yang ditata seindah mungkin dengan bunga-bunga.
“Lihatlah tukang bunga, kau bisa menjual bunga-bunga cantik yang melimpah ini, haha” candanya padaku. Aku pun tertawa.
Ku genggam tangannya dan membawanya masuk ke dalam Cafe ini. Baru beberapa langkah masuk, tiba-tiba pandangan disekitarku gelap...
***
“Hei kak, kau benar-benar membuatku panik!” Sebuah suara terdengar di telingaku sesaat setelah aku berhasil membuka kedua mataku. Akupun tersenyum dan bangun dari tidurku.
“Saat kau tiba-tiba terjatuh di Cafe tadi aku sangat panik, aku cepat-cepat membawamu kerumah sakit tapi apa yang ku dapat? Dokter bilang kau hanya tertidur. Huftt” jelasnya sambil memasang wajah lucunya.
“Maafkan aku belum sempat bercerita padamu tentang hidupku. Sedari dulu memang aku punya kebiasaan suka tertidur kapanpun dimanapun, jadi maklumi saja ya tak perlu panik seperti itu. Hehe” jawabku sambil tersenyum lebar padanya.
“Sekarang sudah jam 9, jam berapa kita pulang?” tanyanya.
“Astaga, hemm ayo kita pulang sekarang!”
Gagal sudah rencanaku hari ini. Kalau saja kebiasaan burukku itu tidak kumat mungkin aku sudah menyatakannya dan menceritakan semua padanya. Hemm tapi mungkin ini sudah takdirnya. Lagipula hari sudah larut, sebaiknya aku cepat pulang.
Setelah menempuh empat jam perjalanan akhirnya kami sampai di rumah Marina. Kali ini aku mengantarnya sampai ke depan rumahnya. Ia keluar dari pintu sampingnya. Dan diluar mobil kami bertemu.
“Terima kasih untuk hari ini Miss Shoppaholic.” ujarku padanya, ia tersenyum.
‘Cup’
Tiba-tiba ia mencium bibirku sekilas dan langsung masuk ke rumahnya, sambil berkata “Terimakasih untuk hari terindah dalam hidupku ini.” Rasanya aku akan... terbang!
[Oka's POV End]

[Author's POV]
Pukul 11 pagi, Marina baru terbangun dari tidur cantiknya. Ia langsung mengecek ponselnya dan terdapat banyak panggilan tak terjawab dan sebuah pesan dari adik Oka:
“Kak Marina, semalam kak Oka bersamamu kan? Apa ia sudah bercerita semua padamu?”
Karena panik Marina langsung menuju rumah Oka, tanpa mandi dahulu(?) bahkan ia lupa apa sudah mencuci mukanya atau belum/?
Sesampainya disana ia bertemu dengan adiknya Oka. Yang sepertinya baru saja sampai kerumah.
“Dimana kakakmu?” tanya Marina padanya
            “Emm kakak..”
“Dimana? Tolong beritahu aku..” ujar Marina memohon.
“Kakak pergi” jawabnya datar.
“Pergi? Pergi kemana? Kenapa tidak mengabarkan aku?” ujar Marina dengan berlinang air mata.
“Kakak ke Korea, dan pesawatnya sepertinya sudah take off sejak setengah jam yang la...”
Belum sempat adik Oka meneruskan perkataannya, Marina langsung mengemudikan mobilnya ke bandara Soekarno-Hatta. Gadis positif seperti Marina selalu mempercayai adanya keajaiban. Dengan tekadnya ia sampai di bandara Soekarno-Hatta dan mencari sosok Oka. Sialnya tak ada tanda-tanda keberadaan Oka. Sambil terus mencari, Marina menangis sejadi-jadinya. Ia memutuskan menuju toilet untuk membasuh air matanya. Dan...
“Miss Shoppaholic”
“Kak Ok..”
“Hemm kau mencarinya?”
“Hwaa Witrii..” isak Marina sambil memeluk sahabatnya itu.
“Sabar yaa” balas Witri sambil menepuk pundak Marina.
“Ehemm”
“Marina, berbaliklah” pinta Witri pada Marina.
Dan ternyata Oka sudah ada dihadapannya. Marina pun tak tau harus berkata apa lagi. Oka menggenggam kedua tangan Marina.
“Tadinya aku berniat ke Korea dan membuka cabang toko bungaku disana” ucap Oka memulai pembicaraan. Marina menatap Oka lekat.
“Kau tega meninggalkan aku? Membiarkan aku jatuh cinta padamu lalu meninggalkan aku begitu saja? Jahat..” jawab Marina sambil melepas genggaman Oka. Oka langsung memeluk Marina erat.
“Kumohon maafkanlah, aku sudah memikirkannya kembali.” jawab Oka sambil melepas pelukannya dan berlutut didepan Marina. Ia mengeluarkan bunga dan kotak.
“Aku akan melanjutkan rencanaku, tetapi aku akan memulai semuanya denganmu. Maukah kau menjadi pendamping hidupku?” ujar Oka dengan mata berkaca-kaca.
“Ambil kotak cincin ini jika kau ingin hidup bersamaku, tapi jika tidak ambillah bunga ini. Artinya kau menyetujui aku pergi sekarang. Aku tak akan mengulang untuk meminta.” lanjutnya sambil memberikan pilihan itu didepan Marina.
Tanpa basa-basi Marina  mengambil kotak cincin dari Oka.
“Aku siap mendampingimu tukang bunga” jawab Marina sambil tersenyum lebar.
“Pasangkan cincin ini dijariku dan temui orangtuaku.” lanjut Marina.
Oka pun mengangguk dan memasangkan cincin itu di jari manis Marina. Kemudian memeluknya.
“Terimakasih” ujar Oka.
“Aku berjanji akan selalu menjagamu, siapkah kau hidup di Korea bersamaku dan memulai semuanya dari awal?” lanjut Oka.
“Pasti, bila itu bersamamu.” jawab Marina.
“I love you Miss Shoppaholic”
“I love you too Florist”
Mereka pun hidup bahagia bersama selama-lamanya:)
- THE END -
Mohon maaf kalau jelek, typo, tidak rapih, terlalu banyak perpindahan sudut pandang (POV) niatnya supaya feel cerita lebih terasa. FF ini spesial aku buat untuk sahabatku Marina, dan doinya dan Oka.

Thanks for Reading~ ^^

Rabu, 21 Agustus 2013

Disini, Dua Tahun yang Lalu (CERPEN)

Disini, Dua Tahun yang Lalu (CERPEN)

(20 Juni 2013 pukul 11:06)

Disini, dua tahun lalu.
Kau tersenyum padaku.
Kita bersama.
Kita bahagia.

Disini, dua tahun lalu.
Kau memelukku erat.
Penuh kehangatan.
Penuh keceriaan.

Disini, dua tahun lalu.
Juga menjadi akhir kisah kita.
Senyum manis getir itu.
Takkan kulupa.
Aku tetap mencintaimu.
Selama-lamanya.

Di jembatan tua ini,terduduklah seorang gadis manis di kursi rodanya. Matanya sayu, menatap kosong pada arus sungai deras dibawahnya. Cairan bening dari matanya, perlahan membasahi pipinya. Kepalanya tertunduk. Tangannya terus menggenggam kepalanya. Ingatannya terus berputar pada masa-masa indah hidupnya, dua tahun lalu.

***

Terlihat sosok gadis berseragan SMP duduk sendiri di tepi lapangan futsal. Ia terus memandangi laki-laki yang tengah mengejar bola. Sesekali, ia berteriak menyemangati. Sebuah senyum simpul menghiasi wajahnya ketika lelaki itu mulai melangkah kearahnya.
“Kau belum pulang?” tanya lelaki itu pada gadis di hadapannya.
“Aku masih ingin melihat orang-orang bermain. Permainan futsalmu tadi sangat keren, Danang! Aku suka!” jawab gadis itu sambil menunjukkan kedua jempolnya.
“Bukankah kau selalu menyukai apa saja yang ada padaku?” ujar Danang dengan percaya dirinya.
“Maksudmu?”
“Aku membaca buku harianmu, Nissa. Hehe” ujar Danang sambil tertawa sendiri.
“Hah? Apa?! Kau benar-benar...”

Tak sempat gadis itu melanjutkan kata-katanya, lelaki itu pergi meninggalkannya sendiri. Tak ada seorangpun. Ditengah angin yang meniupkan dedaunan kering. Didalam otaknya kini, penuh akan sosok lelaki itu. Danang, cinta pertamanya. Pahit memang, bila harus mengakui, hatinya jatuh pada lelaki yang menjadi sahabatnya itu.

Awan cerah kini berganti menjadi awan mendung. Nissa masih terduduk di tempat yang sama. Rintikhujan mulai membasahi tubuhnya. Angin dingin menusuk kulitnya. Entah hawa apa yang membuatnya terus bertahan disitu. Dering ponsel panggilan dari sang mamapun tidak dihiraukannya. Tubuhnya semakin melemah. Nafasnya semakin terengah.
“Nissa... Apa yang kau lakukan disitu?”

Terdengar suara lelaki yang tak asing di telinga Nissa. Rupanya Danang memanggilnya. Namun apa daya,tubuhnya sudah sangat lemah dan tak sanggup lagi menyahuti panggilan sahabatnya itu. Dengan sigap, Danang menggendong tubuh kecil Nissa yang sudah tidak berdaya. Berjalan melewati jalan-jalan yang sepi, ditemani jatuhnya hujan dan hembusan angin. Hanya berdua.

Kelopak mata Nissa perlahan mulai terbuka. Dilihatnya sosok keibuan di samping tempat tidurnya.Wanita cantik nan mulia itu sedang tersenyum kearahnya. Tangannya membelai rambut Nissa dengan lembut. Sesekali, tangannya ditempelkan ke dahi anaknya itu. Memastikan bahwa suhu tubuh anaknya sudah menurun. Melihat anaknya yang hendak bangun, ia pun membantunya duduk di kasur.
“Tadi Danang mengantarmu pulang lho, sayang” tutur mama memulai pembicaraan.
“Hemmm..” jawab Nissa yang masih terlalu lemas.
“Ohh iya, Danang menitipkan ini pada Mama. Dia menulis setelah mengantarmu ke kamar.” ujar mama sambil menunjukkan selembar kertas pada Nissa.
“Baca saja.” lanjutnya.
“Tapi ini sudah sangat larut, sebaiknya kamu kembali tidur dan istirahat yang cukup ya, sayang.” ucap mama sambil mengecup dahi Nissa dan kemudian keluar dari kamar anaknya itu.
“Yaa, Ma.” sahut Nissa sambil mulai membaca kertas dari Danang tadi.

“Kau ceroboh! Sangat ceroboh!
Bagaimana mungkin manusia yang memiliki otak membiarkan dirinya tersapu hujan?
Bagaimana kalau tadi tidak ada aku? Kau sendirian dan pingsan disana.
Pokoknya kau harus balas budi! Aku akan menjemputmu besok jam tujuh!
Kau harus ikut kemanapun aku membawamu pergi!!”

Nissa membaca kertas itu sambil tertawa. Dirinyapun memikirkan, ternyata betapa baik hati sahabatnyaitu. Kini matanyapun sulit untuk terpejam. Membayangkan harinya esok bersama orang yang dicintainya itu.

“Marley...” terdengar suara ketukan pintu rumah Nissa. Keluarlah seorang gadis cantik yang baru saja dirias oleh mamanya itu.
“Sudah berapa kali kukatakan, jangan memanggilku Marley! Namaku Nissa!” jawab gadis itu membentak.
“Nissa Marley”
“Ishh! Dasar otak udang, kepala cimol. Ber...”
“Kalian ini seperti anak kecil saja. Sudahlah Nissa, berhenti bertengkar.” ucap mama memotong pembicaraan.
“Baiklah, Tante kami pergi dulu ya?” pamit Danang kepada mama Nissa.
“Mau kemana? Naik apa?” tanya Nissa bingung.
“Sudah, ikut saja!”
Danang langsung menarik Nissa menuju sepedanya yang diparkir diluar. Mama Nissa hanya terkekeh melihat tingkah mereka berdua.

Di sepanjang jalan,mereka bercanda. Sampai sesekali sepeda oleng dan terjatuh, mereka justru tertawa. Nissa begitu menikmati harinya. Dibonceng Danang didepan. Sesekali tatapan mata mereka bertemu. Terlihat aura cinta di antara mereka yang berstatus sahabat itu. Nissa mulai bernyanyi dan Danang terus mengayuh sepedadengan semangat.
“Don't stop jangan hentikan!
My Love slama-lamanya.
Tolong biarkan ku lewat seperti ini.
Go to kemana-mana,
Heaven bila denganmu.
Ku ingin terus berlari.
Cause, I'm loving you” Nissa bernyanyi dengan merdunya.
“Lagu apa itu?” tanya Danang.
“JKT48, Futarinori No Jitensha”
“Ohh”
“Kau tahu tidak, lelaki keji itu lelaki yang seperti apa?”
Danang menggeleng.
“Sepertimu” ucap Nissa datar.
“Aku? Mengapa aku?” tanya Danang tidak terima.
“Lelaki keji itu lelaki yang mendekati wanita, membiarkannya jatuh cinta. Tapi tak berniat mencintainya.”
Danang langsung berhenti mengayuh sepeda dan meletakkannya sembarang. Lalu ia berjalan sendiri dan meninggalkan Nissa begitu saja. Namun, Nissa terus mengikuti langkah kakicinta pertamanya itu. Tiba-tiba Danang berhenti di sebuah jembatan tua, ia membalikan badannya ke arah Nissa dan menatapnya dengan tatapan yang tajam. Nissapun gemetar dibuatnya.
“Sekarang, jelaskan padaku. Siapa yang mendekatimu? Bukankah kau yang mendekatiku, seperti saat ini?”
'Jleb' bulir-bulir bening mulai membasahi pipi seorang Nissa. Ia tak pernah menyangka Danang akan berkata seperti itu.
“Dan satu hal yang perlu kau ketahui Nissa, aku takakan mungkin membiarkan wanita mencintaiku. Apabila aku tak mencintainya.”lanjutnya.
Danangpun melangkah mendekati Nissa, menghapus airmata yang membasahi pipi Nissa, dan kemudian menenggelamkan wajah Nissa dalam dekap peluknya.
“Aku mencintaimu, lebih dari yang kau tahu.” ujar Danang sambil melepas pelukannya. “Maukah kau menjadi kekasihku, cinta pertamaku?” sambungnya.
Nissa tak dapat menyembunyikan perasaannya, ia pun mengangguk. Matanya yang berkaca-kaca dengan senyuman lebar dari bibirnya begitu melukiskan kebahagiaan dalam dirinya. Cintapertama yang begitu ia dambakan, kini menjadi kekasih hatinya. Cintanya tak bertepuk sebelah tangan.

Keesokan paginya, Danang hendak menjemput kekasihnya. Ia ingin mengajak gadis itu berangkat bersamanya. Dibawanya sepeda kesayangannya itu menuju rumah Nissa. Dengan bersemangat ia mengayuh pedal sepedanya.

Sesampainya disana,betapa terkejutnya ia melihat Nissa bergandengan tangan bersama lelaki lainyang sebaya dengan Nissa. Hatinya bagai tertusuk duri, sangat menyakitkan. Lelaki itu membawa Nissa masuk ke mobilnya. Danangpun langsung bergegas menuju sekolah. Dan ternyata Nissa juga tak datang ke sekolah. 'Kemanakah ia pergi?' batin Danang.

Sepulang sekolah ia membulatkan tekadnya untuk kembali ke rumah Nissa. Sekedar berbincang menanyakan kabar, alasan ketidakhadiran Nissa di sekolah, dan siapa lelaki yang bersamanya tadi pagi. Terlalu banyak hal-hal difikiran Danang yang ingin ia tanyakan pada Nissa. Iapun menemui Nissa dirumahnya.
“Ada apa?” tanya Nissa dengan malas.
“Ada apa denganmu?” Danang balik bertanya dengan serius.
“Apa maksudmu? Kau kan yang menemuiku?”
“Mengapa kau berbeda?”
“Aku tidak berbeda.”
“Nissa!!” bentak Danang pada kekasihnya itu.
“Baiklah cukup Danang. Aku ingin mengakhiri hubungan ini.” ujar Nissa dengan santai, membuat Danang sedikit kecewa.
“Apa alasanmu? Orang ketiga?” tanya Danang dengan diselingi tarikan nafas panjang.
Tiba-tiba Nissa meneteskan air mata. Tanpa aba-aba, Nissa langsung berlari. Melihat sikap aneh kekasihnya itu, Danangpun segera mengejarnya. Diteriakkan nama kekasihnya itu,namun Nissa tak menghiraukannya. Ia terus berlari tanpa henti. Danang yang semakin bingung hanya mengikuti kemanapun langkah Nissa. Ia takut hal buruk akan terjadi pada gadis itu.

Perlahan hujan turun,semakin lama semakin deras. Nissa masih terus berlari hingga kemudian langkahnya terhenti ditengah sebuah jembatan tua. Ia mendengar suara aneh dengan getaran ditempat ia memijakkan langkah. Ia membalikkan badan kebelakangdan betapa terkejutnya ia begitu mendapati pijakan jembatannya rusak dan Danang hampir terperosok ke sungai. Dengan sekuat tenaga, Nissa berusaha menolong Danang. Namun sia-sia, Danang akhirnya jatuh ke dalam sungai dengan arus yang begitu deras itu. Satu kalimat terakhir dari Danang yang terdengar oleh Nissa, “Aku mencintaimu selamanya, Nissa...”

***

Hingga dua tahun berlalu, raga dari 'kekasih sehari' Nissa masih belum ditemukan. Faktor utama yang membuat tim SAR kesulitan adalah arus sungai dan hujan yang begitu deras saat kejadian. Namun, semua keluarga Danang sudah merelakan kepergian Danang. Mereka juga tidak pernah menyimpan dendam pada sosok Nissa.

Nissa masih terduduk dikursi rodanya. Ia merenungi kesalahan yang telah ia perbuat lalu. Andai saja ia tidak melakukan tindakan bodoh itu, mungkin Danang tak akan pergi. Jika saja ia jujur akan alasan mengakhiri hubungannya, mungkin saat ini Danang masih disisinya, menjaganya yang kini semakin melemah.

“Danang, maafkan aku. Aku tak bermaksud membuatmu seperti ini. Maafkan aku, saat itu ingin mengakhiri hubungan kita karna aku yakin itu yang terbaik. Lelaki yang bersamaku saat itu, dia sepupuku. Aku tak masuk sekolah, karna aku fikir aku sakit. Sepupuku yang menemaniku memeriksakan penyakitku. Aku terserang kanker otak, Danang. Saat itu aku begitu terkejut dan tak tahu harus berbuat apa. Aku tak ingin menyakitimu karna penyakitku ini. Kanker ini, sekarang sudah stadium akhir. Kakiku sudah lumpuh. Aku sudah tak bisa berjalan.” ujar Nissa terisak sembari memandangi jembatan tua yang kini sudah diperbaharui. Perlahan cairan kental berwarna merah menetes dari hidungnya.

“Jembatan ini, akan slalu jadi kenangan kita. Sampai saat ini, aku tak bisa lagi jatuh cinta pada orang lain. Kaulah cinta pertama dan terakhir dalam hidupku. Kau tahu Danang, penyakit ini sangat menyiksaku. Andai kau ada disini, mungkin deritaku bisa sedikit berkurang. Hemm, mungkin ini hukuman bagiku karna telah menyebabkan kematianmu. Maafkan aku Danang Saputra. Maafkan aku...” sambungnya sambil terus mengelap darah dari hidungnya.

Nissa menyandarkan kepalanya pada kursi roda.Perlahan ia memejamkan matanya.

“Tuhan, jika kau ingin ambil nyawaku sekarang. Ambillah! Ampuni segala dosa yang tlah ku perbuat. Pertemukan aku pada cinta pertama dan terakhirku, Tuhan. Aku sangat mencintainya...” ucap Nissa pasrah.
“Aku juga mencintaimu Nissa Hasnamudhia. Sangat mencintaimu.” jawab sebuah suara aneh. Nissa mulai membuka matanya dan melihat sosok lelaki yang ia cintai dihadapannya.
“Danang, kaukah itu?” tanyanya dengan suara parau.
“Ya Nissa, aku sudah tenang disini. Dan aku tak tega melihat penderitaanmu. Maukah kau ikut denganku?” ajak Danang sambil mengulurkan tangannya. Nissa mengangguk dan menyambut uluran tangan Danang.

Dua sejoli itupun bergandeng tangan ke tempat peristirahatan terakhir mereka. Cinta mereka, akan kekal abadi selamanya, disana.

TAMAT(?)