Senin, 11 April 2016

Harapan vs Kenyataan

Sometimes, I wanna be butterly
I wanna fly as high as I can
Dancing in the sky free
Talking to the sun and clouds
Tell them how beauty my life was
I wanna be butterfly

Holla~!
Lama tidak nge-blog. Sekarang kangen. Padahal nggak ada juga yang kangen sama aku. Haa.
Bella datang kembali membawa pos yang bertema "Harapan vs Kenyataan". Btw ada cerpen judulnya 'Edelweiss from Neptune' yang Bella dedikasiin untuk Ilen. Tapi belum terkumpul kata-katanya. Teyus, ada draf juga soal pertanyaan kisah di SMA waktu itu, tapi ternyata kisahnya panjang banget(?) Susah ngeditnya. Jadi pos ini dulu, ya.

Btw, dari tema yang diangkat kayanya...
Tanda-tanda Bella galau terdeteksi.

Idih ngapa dah lu. Justru ini pos an bahagia. Nggak liat sajak pembukanya, apa? Jhaaa.

Sebelumnya, apa sih definisi harapan?
"Harapan adalah sesuatu yang kita inginkan. Dari lubuk hati, yang entah terucapkan atau hanya terpendam."
Jangan dipercaya definisinya, Bella ngarang itu.

Terus, kenyataan itu apa?
"Kenyataan adalah sesuatu yang kita alami. Entah indah atau suram, yang entah disadari atau tidak disadari."
Jangan dipercaya juga sih, Bella masih ngarang.

Ngarang mulu. Ya nggak apa-apa dong kan blog Bella.

Nah, udah tau kan definisinya? Terus yang jadi pertanyaan adalah... kenapa mereka berdua sering banget sih dihubung-hubungkan. Dan kalau mereka dihubungkan, kenapa ada reaksinya gitu? Ngerti, ngga?
Hmm analoginya... Kaya ituloh, logam Natrium kalo ditaruh di air kenapa dia terbakar? Padahal nggak ada api. Apa yang membuatnya terbakar? Nah semacam itu.

Nggak jelas, ya? Hehe. Maafin yang punya blog emang nggak jelas hidupnya.
Jadi aku mikirnya gini nih, kenapa 'harapan' sering banget dihubung-hubungkan sama 'kenyataan'? Ya karena mereka itu tugasnya saling melengkapi. Bagaimana kalau seandainya hidup kita isinya cuma 'harapan' 'harapan' dan 'harapan'?
Indah sih ya, namanya juga berharap. Tapi kalau hidup kita diisi cuma sama harapan. Saya bisa mengatakan itu bagaikan gaya tanpa perpindahan. Alias usaha Anda bernilai sama dengan nol!
Supaya, harapan itu tidak bernilai usaha sama dengan nol. Hal yang harus kita lakukan adalah melakukan tindakan! ;)

Nah tindakan inilah yang nantinya akan membuahkan suatu 'kenyataan'. Nah disini udah kebayang kan hubungan harapan sama kenyataan?

Seperti yang aku analogikan di awal, kalau harapan dan kenyataan itu ibarat logam Natrium terkena air.
Harapan = Logam Na.

Dia nggak stabil, guys. Dia sangat reaktif. Seperti itulah harapan dalam diri kita. Kita punya suatu emosi dalam batin kita yang isinya adalah hal yang imajiner, yaitu harapan. Kita taruh harapan dalam lubuk hati kita dan sifatnya sudah pasti tidak stabil. Harapan terus mencari kestabilannya. Kita tidak pernah tau kapan ketidakstabilan itu akan berlangsung, sampai dia dipertemukan dengan penstabilnya yaitu air. Aku mengatakan kalau kenyataan adalah penstabil harapan. Kalau reaksi logam Na dengan air, kan menghasilkan api dan busa. Berarti ada usaha keras Na untuk bereaksi, kan? Iya dong. Iyain aja udah.
Terus Na nya setelah stabil? Dia habis kan. Si harapan itupun begitu, ia akan habis seiring dengan lahirnya kenyataan, dalam analogi ini yaitu terjadinya hasil yang dia raih (jadi stabil: NaOH).

Aku ambil contoh:
Aku berharap banget nih, bisa masuk UI. Aku terus berharap pengen banget masuk Univ itu. Setelah aku berharap, apa aku bisa langsung masuk gitu aja? Ya engga dong ya, masuk ke gedungnya aja harus naik kereta ke jurusan Stasiun UI dulu terus naik Bis Kuning ke fakultas yang aku mau. Gimana kalau buat jadi mahasiswanya? Pesaing aku satu Indonesia.
Lalu aku harus usaha dong? Ya dengan belajar lah. Belajar mengorbankan waktu aku, menguras otak. Hingga pada akhirnya setelah usaha udah aku jalanin itu membuahkan hasil kenyataan yang amat indah sehingga aku masuk UI. (Hanya contoh)

Indah kan reaksi kenyataan sama harapan itu?

"Ah tapi itu kan buat yang berhasil aja, yang gagal?"

Begini. Disini aku menegaskan kalau harapan itu harus diimbangi dengan usaha keras supaya bisa jadi kenyataan. Disini peran kepercayaan itu besar banget. Kepercayaan Qada sama Qadar, kalau buat umat muslim.

Jadi semisal (masih analogi tadi), logam Na gagal bereaksi sama air karena campur tangan hal lain. Semisal airnya jadi HCl. Waduh. Logam Na tadi ngga bakalan bisa jadi NaOH. Dia jadinya NaCl.
Kecewa? Ya jangan atuh. Toh dengan menjadi NaCl si Na tetap bisa stabil. Jadi asin malahan, kan garam. Ya seenggaknya daripada jadi NaOH pahit kan.

Jadi dari semua penganalogian itu, intinya adalah harapan dan kenyataan itu sebetulnya berbanding lurus. Kenyataan bisa berjalan sesuai harapan, jika ada usaha keras kita mewujudkannya.
Tapi ketika harapan tidak berjalan sesuai kenyataan, coba tanyakan pada dirimu sendiri...
"Sudah maksimalkah usahamu?"
Kalau merasa sudah maksimal. Ya, tunggu saja rencana yang Tuhan siapkan untuk kenyataan kita jauh lebih indah.
Oh iya satu lagi pertanyaan untuk diri kita sendiri.

"Sanggupkah kita bertahan disaat kenyataan sangat jauh dari harapan, dan harapan hanya menyisakan luka di hati?"

2 komentar:

  1. Balasan
    1. Sebenernya itu sangat tidak jelas ya.-. Anyway makasih yaa Puyol udah sempetin baca♥♥

      Hapus